Selasa

Larangan Khitan Perempuan Bertentangan dengan Syariat Islam


Larangan Khitan Perempuan
Bertentangan dengan Syariat Islam1

Khitan Perempuan menurut Islam
Bagaimana sesungguhnya kedudukan khitan perempuan dalam Islam?
Merupakan sesuatu yang telah dimaklumi, bahwa berkhitan bagi wanita dapat menstabilkan syahwatnya. Sebab jika tidak dikhitan, maka ia akan merasakan desakan kuat dari syahwatnya. "Karena itu, sering dikatakan dalam rangka saling mengejek: Wahai Ibn Qulfa –hai anak yang tidak dikhitan. Sebab al-Qulfa adalah yang tidak dikhitan. Wanita demikian itu akan selalu memperhatikan laki-laki. Sebab jika ia tidak dikhitan, maka hal itu akan menyalakan instink fisikal (badaniah) padanya," tulis Wakil Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indoneisa (MUI) Prof Dr Hj Huzaimah T Yanggo, dalam bukunya "Fiqih Anak". Jeleknya, kata Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah itu, dengan sebab seperti itu, yakni tidak dikhitan, wanita akan banyak terdorong untuk melakukan apa yang tidak pantas untuk dilakukan. Oleh karena itu, perbuatan keji dan cabul terjadi jauh lebih banyak di kalangan wanita non-Muslim, sesuatu yang tidak terjadi di kalangan umat Islam. Padahal di samping itu pun, jelas sekali, bahwa tanpa khitan, maka cairan yang ada pada tempat tersebut akan menimbulkan aroma yang tidak sedap.
Menurut Huzaimah, wanita yang tidak dikhitan itu juga tidak merasakan ketenangan jiwa. Mereka selalu merasa bimbang dan goncang. Tabiatnya tidak baik, merasakan kekacauan dan kelinglungan dalam berfikir. Mereka juga mempunyai fanatisme dalam berkelakar. Muka mereka dihinggapi bentuk dan warna yang aneh dan debu gelap yang aneh pula. Kondisi mereka seperti itu dapat terlihat sejak pertama kali melihatnya. Itulah bahaya-bahaya yang tidak dapat dianggap remeh.

Tak Boleh Berlebihan
Sebaliknya, kata Huzaimah, jika ada wanita yang dikhitan secara berlebihan, atau bagian yang perlu dikhitan itu dipotong dari wanita, maka daya syahwatnya akan melemah, bahkan sangat mungkin akan menghilang. Akibatnya, suaminya tidak akan menemukan kelezatan dalam berjimak, dan wanita/istrinya pun tidak dapat menikmati kelezatan badaniahnya. Bahkan ia akan merasa benci dan tidak kuat melakukannya, maka lahirlah disharmoni di antara suami dan istri. Timbullah keretakan di dalam kehidupan mereka. Kebahagiaan hidup berkeluarga pun sirna. Tidak jarang hal seperti itu melahirkan perceraian yang mengakhiri perikehidupan bersuami-istri. Atau, kadang-kadang kondisi semrawut itu mendorong suami untuk menyeleweng, khususnya juka ia tidak mempunyai ketahanan mental agama yang kuat.
Meskipun demikian, sebaik-baik sesuatu adalah yang pertengahan. Hal itu dapat dilalui dengan berkhitan secara wajar dan sederhana, atau tidak berlebihan. Sebab dapat dipastikan, jika pelaksanaan khitan tidak berlebihan, maka tujuan akan tercapai secara adil dan menguntungkan suami-istri.
Huzaimah mengutip sebuah hadits dalam al-Mustadrak, hadits dari adh-Dhahhak bin Qais, bahwa ada seorang wanita di Madinah yang bernama Ummu ‘Athiyyah (tukang khitan wanita), Rasulullah saw bersabda kepadanya, “Bersederhanalah dan jangan berlebihan. Sebab itu lebih menceriakan wajah dan lebih menguntungkan suami.” "Jadi, sebetulnya khitan dapat membuahkan kecantikan dan keindahan bentuk. Juga dapat memberikan keceriaan dan keindahan pada wajah. Dengan demikian, wanita akan merasa tenang dan jiwanya pun tidak goncang," simpulnya.
Di samping itu, kita tidak perlu kaget jika ternyata khitan merupakan salah satu dari tiga perbuatan/amal yang disukai oleh Imam Malik bagi (kepentingan) laki-laki dan perempuan. Diriwayatkan secara kuat dari Imam Malik bahwa ia mengatakan, “Aku suka bagi wanita itu untuk memotong kuku, mencukur rambut al-‘anat –yangterletak di bawah perut--  dan berkhitan, sebagaimana yang dilakukan oleh laki-laki. Demikianlah sepantasnya mengenai khitan wanita. Melarang mutlak tidak diperbolehkan, terlalu berlebihan dalam memotong juga dilarang. Sebab, khitan yang tidak berlebihan itu lebih menguntungkan –dan mempercantik—wanita, lebih bermanfaat, dan lebih lezat. Juga tentu lebih disukai suaminya. Oleh karena itu, wanita yang bertugas mengkhitan wanita diperintahkan untuk tidak berlebihan dalam mengkhitan wanita. Sebab, hal itu merupakan sebab bagi tumbuh suburnya rasa cinta kasih di antara suami dan istri.
Juga sepentasnya tidak kita lewatkan, bahwa wanita-wanita di zaman Rasulullah saw pun dikhitan. Imam Ahmad mengatakan, “Hadis Nabi Muhammad saw , ‘Apabila (saling) bertemu kedua yang dikhitan, maka wajiblah mandi.’ Hal ini menunjukkan bahwa wanita zaman Rasulullah saw itu dikhitan. Berdasarkan alasan yang telah disebutkan di atas, maka khitan harus dilakukan terhadap anak laki-laki dan perempuan.”
 


Oleh Ida Rosiana, Anggota Bidang Organisasi PK IMM FKIP UHAMKA JAKTIM 2012-2013
Sumber: Fiqih Anak, karya Prof Dr Hj Huzaimah Y Tanggo

Tanggung jawab Muslim terhadap Negara dan Agama


Tanggung jawab Muslim terhadap Negara dan Agama[1]
Dalam sebuah hadits Nabi Muhammad SAW bersabda Kalian semua adalah seorang pemimpin. Baik pemimpin dalam sebuah negara, di sebuah kota, di masyarakat, di rumah tangga, di keluarga, di sebuah organisasi, atau pemimpin terhadap diri sendiri. Juga kata Nabi setiap kepemimpinan itu harus bertanggung jawab terhadap apa-apa yang dipimpinnya.
Kita mengetahui bahwasannya tugas dan kewajiban Rasulullah yang utama adalah menyampaikan dakwah dan risalah Allah SWT yaitu menyampaikan kalimat Thoyyibah Laa ilaaha illallah Muhammadurrasulullah dan juga menyampaikan Amar ma’ruf nahi munkar. Setelah Sang Revolusioner perubah peradaban kita meninggalkan alam yang fana ini tugas-tugas tersebut dilanjutkan oleh Khulafaurrasyidin kemudian para Tabi’in, Tabi’it-Tabi’in, kemudian para Ulama, para Guru, Para Kiyai, para Ustadz dan pada akhirnya kita sebagai umatnya pun berkewajiban melanjutkan dakwah suri tauladan kita yang mulia ini. Dalam Surat Ali-Imran ayat 110, Allah berfirman :
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepaada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; diantara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang  fasik.”
Dari ayat ini jelaslah bahwa keberadaan kita sebagai muslim memiliki tanggung jawab dan kewajiban, khusunya terhadap Negara dan agama. Diantaranya:
1.      Hendaklah kita mempertahankan negara dan bangsa ini dari rong-rongan yang datang dan timbul dari luar ataupun dari dalam berbentuk bahaya laten. Rong-rongan dari luar senantiasa ada keinginan para penjajah untuk datang kembali dengan berbagai strategi dan tipu daya yang beraneka ragam. Mereka ingin menghancurkan negara dan agama (Islam) yang sudah berkembang. Ini terlihat dalam surat As-Shaff ayat 8 dan juga Al-Baqarah ayat 217. Zaman sekarang yang segala sesuatunya dengan mudah kita dapatkan ini, dapat kita lihat bahwasannya berbagai macam strategi untuk  menjajah kembali misalnya yang telah kita ketahui bersama adanya bentuk 4F (Food, Fashion, Festival dan Film) dari barat, juga dalam bentuk hiburan, dan sistem keuangan bahkan mereka bangga dan merasa berhasil jika masjid-masjid yang ada di negeri ini kosong dan sepi dari setitik dzikir kepada Allah, sholat berjamaah,  kegiatan keIslaman yang digerakkan oleh kaum pemuda-pemudi dan lain-lain. Inilah bentuk rong-rongan yang harus kita antisipasi dan waspadai dengan memahami serta sadar akan tanggung jawab yang sebenarnya dan seutuhnya.
Sedangkan bahaya laten yang berasal dari dalam harus kita waspadai seperti laten komunis, yang tidak menghendaki adanya negara pancasila, dan agama ketauhidan yakni Islam. Jika kita lengah, maka bahaya laten ini dengan kekuatannya akan pasti muncul yang pada akhirnya akan membumi hanguskan negara dan agama yang kita cintai ini, seperti salah satu contoh 700 tahun Islam berjaya di Spanyol (Andalusia) dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan peradaban Islam akhirnya musnah begitu saja. Apa penyebabnya??? Hal itu disebabkan karena adanya bahaya laten yang memupuk kekuatan dan menyerang umat Islam yang pada saat itu dalam posisi lengah terhadap agama dan negara yang sedang dikuasainya sendiri. Banyak masjid yang kembali berubah menjadi gereja dan umat Islam banyak terbunuh dan kembali kepada kekafiran.
2.       Yang kedua, hendaklah kita berusaha mempelajari Islam dan menerangkan Islam kepada masyarakat dengan keterangan Islam yang sebenarnya. Menuntut ilmu merupakan kewajiaban sepanjang hayat dan dengan ilmu itu Allah akan memuliakan kita sehingga dapat meraih cita-cita yang kita inginkan seperti diterangkan dalam surat Al-Mujadilah ayat 11, bahkan ada hadits Nabi dikatakan bahwa siapa yang ingin menggapai dunia hendaklah dengan ilmu, akhirat juga dengan ilmu, ingin kebahagiaan keduanya juga dengan ilmu dan ilmu didapati dengan cara belajar (ilmu-ilmu Islam). Ilmu-ilmu yang sudah kita pelajari hendaklah kita sampaikan dan kita terangkan kepada masyarakat. Munculnya banyak aliran sempalan-sempalan dalam Islam dalam sejarah seperti Muktazilah (mencari kebenaran melalui akal), jabariyah (menerima takdir), qodariah (mendahulukan usaha), dan aliran sempalan Islam di Indonesia juga ada seperti Ahmadiyah, Islam Sarengat, inkarussunnah, aliran subud, dan yang belakangan muncul yaitu Al-Qiyadah Islamiyah Muhammad Sadeq (Nabi Palsu) dan banyak lagi yang lain.[2] Hanya dengan berpedoman Al-Quran dan sunnah Rasulullah (Hadits) kita dapat menyampaikan kepada masyarakat tentang kebenaran Islam dalam hidupnya Nabi pernah berpesan, kutinggalkan kepada kalian dua pedoman jika kalian berpegang tidak akan tersesat selamanya yaitu Al-Quran dan Sunnah ku.
3.      Hendaklah kita berdiri ditengah-tengah masyarakat menampilkan sosok muslim. Dalam surat Ali-Imran ayat 64, Allah mengajarkan saksikanlah olehmu, bahwasannya kami ini orang-orang muslim. Karena itulah kita hadir dan tampil di masyarakat dengan membawa akhlakul karimah serta mencontohkan dalam beribadah seperti yang dicontohkan Rasulullah, janganlah kita tampil dengan membawa golongan, partai, dan yang lainnya.
Itulah diantara beberapa tanggung jawab kita untuk negara dan agama yang kita cintai.
Lalu, apa yang akan kita lakukan sekarang??
Tanya diri sendiri dan bergeraklah!! J


[1] Oleh Fitri Sholehah selaku BPH UMUM PK IMM FKIP UHAMKA JAKTIM Periode 2012-2013
[2] Ulasan yang disampaikan salah satu tokoh MUI, dapat dilihat dalam buku Teologi Islam

SEPENGGAL CINTA


  SEPENGGAL CINTA1

C I N T A… 5 huruf yang besar maknanya. Semua pasti mengenalinya namun setiap orang tentu beda menafsirkannya. Habiburrahman El Shirazy, seorang novelis dan sarjana Al-Azhar University Cairo dalam ‘Ayat-ayat cinta’ menulis bahwa “cinta sejati adalah cintanya 2 insan yang berbeda jenis yang terjalin setelah akad nikah yaitu cinta pada pasangan hidup kita yang sah. Cinta sebelum menikah adalah cinta semu yang tak perlu di sakralkan dan di agung-agungkan”. Penjabaran cinta seorang novelis ini lebih kepada cinta manusia pada  lawan jenisnya. Lalu bagaimanakah cinta sejati sesungguhnya????
Cinta sejati serta hakiki harus kita tujukan pada Sang Pencipta; Allah SWT. dan Rosulullah SAW.  Hakikat cinta adalah yang senantiasa mengikuti syariat yang diiringi dengan nilai-nilai Islami, didasari iman dan tidak mendahulukan syahwat. Jika cinta kepada-Nya tidak sesuai syariat dan hanya berdasarkan pada keinginan syahwat tanpa iman lalu ditujukan pada materi, maka cinta seperti ini tidak akan kekal dan akan menyengsarakan manusia itu sendiri.
Tingkatan cinta tertinggi hanya untuk Allah SWT. Menghamba, menyembah dan mengabdikan diri  adalah wujud nyata cinta kita pada-Nya. Jangan sekali-kali kita menyekutukan selain dari pada-Nya.  Allah SWT. berfirman:                                                         Dan diantara manusia ada orang yang menyembah tuhan selain Allah sebagai tandingan. Yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah. Sekiranya orang-orang yang berbuat zalim itu melihat, ketika mereka melihat azab (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu semua milik Allah dan bahwa Allah sangat berat azab-Nya (niscaya mereka menyesal)”.   (QS.Al-Baqarah;165).
Jika kita cinta, maka kenali lah ciri-cirinya:
·         Selalu mengingat-ingat
Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal”. (QS.8;2)
·         Mengagumi
“Dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang”. (QS. 1;1)
·         Ridho/rela
Mereka bersumpah kepadamu dengan (nama)Allah untuk menyenangkan kamu, padahal Allah dan Rasul-Nya lebih pantas mereka mencari keridhaan-Nya jika mereka orang mukmin”.(QS.9;62)
·         Siap berkorban
Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya untuk mencari keridhoan Allah. Dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hambanya”. (QS. 2;207)
·         Takut
“Maka kami kabulkan (doa) nya, dan kami anugerahkan kepada Yahya. Dan kami jadikan istrinya (dapat mengandung). Sungguh , mareka selalu bersegera dalam (mengerjakan) kebaikan, dan mereka berdo’a kepada Kami dengan penuh harap dan cemas. Dan mereka orang-orang yang khusyuk kepada Kami”. (QS.21;90)
·         Mengharap
“Maka kami kabulkan (doa) nya, dan kami anugerahkan kepada Yahya. Dan kami jadikan istrinya (dapat mengandung). Sungguh , mareka selalu bersegera dalam (mengerjakan) kebaikan, dan mereka berdo’a kepada Kami dengan penuh harap dan cemas. Dan mereka orang-orang yang khusyuk kepada Kami”. (QS.21;90)
·         Menaati
“Barang siapa menaati rosul (Muhammad) maka sesungguhnya dia telah menaati Allah. Dan barang siapa berpaling (dari ketaatan itu), maka (ketahuilah) kami tidak mengutusmu (Muhammad) untuk menjadi pemelihara mereka.

Inilah cinta sejati dan hakiki sesungguhnya. Maka ingatlah Sang pencipta karena hanya dengan kita cinta pada-Nya keridhoan dan rahmatnya akan senantiasa menaungi kita semua, selamanya....  wallahu ‘alam bi showab.




      Oleh Nugrah Fajri Amelia, Anggota Bidang Kajian Islam PK IMM FKIP UHAMKA JAK-TIM 2012-2013.

CIRI MUSLIMAH YANG CANTIK PRIBADINYA


CIRI MUSLIMAH YANG CANTIK PRIBADINYA1

Setiap wanita senantiasa mendambakan kecantikan fisik. Tetapi ingat, kecantikan dari dalam yang lebih dikenal dengan istilah inner beauty adalah hal yang lebih penting daripada kecantikan fisik belaka. Karena, apa gunanya seorang muslimah cantik fisik tetapi tidak memiliki akhlak terpuji. Atau apa gunanya cantik fisik tetapi dibenci orang-orang sekitar karena tindak-tanduknya yang tidak baik. Karena itu, kecantikan dari dalam memang lebih diutamakan untuk menjaga citra diri seorang muslimah.
Lalu seperti apa sih muslimah yang cantik pribadinya itu, berikut ulasanya:
Menjaga kecantikan dari dalam berarti menjaga etika dan budi pekerti baik, serta menggunakan anggota tubuh untuk hal-hal yang baik berdasarkan sudut pandang syariat Islam.
Alloh pun dengan tegas menyatakan bahwa antara ciri hamba-Nya yang baik adalah mereka yang baik ucapannya. Mereka yang apabila dihina atau dicaci oleh orang yang jahil atau tidak berilmu, mereka tidak membalasnya kecuali dengan kata-kata baik dan lemah lembut. Alloh berfirman disurat Al-Furqan ayat 63, yang artinya  “Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang- orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang mengandung keselamatan.”
Tak hanya itu, seorang muslimah yang baik akan meninggalkan perkataan-perkataan tidak bermanfaat. sebagaimana Rosululloh bersabda, “Termasuk dari kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan apa-apa yang tidak penting baginya.” Mengenai hadits ini, Imam Ibnu Rajab Al-Hambali mengatakan, “Kebanyakan pendapat yang ada tentang maksud meninggalkan apa-apa yang tidak penting adalah menjaga lisan dari ucapan yang tidak berguna.”
Dalam Ad-Daa`wa Ad-Dawaa`, Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah menerangkan lebih lanjut, bahwa “Menjaga lisan adalah agar jangan sampai seseorang mengucapkan kata-kata yang sia-sia. Apabila dia berkata hendaklah berkata yang diharapkan terdapat kebaikan padanya dan manfaat bagi agamanya. Apabila dia akan berbicara hendaklah dia pikirkan, apakah dalam ucapan yang akan dikeluarkan terdapat manfaat dan kebaikan atau tidak? Apabila tidak bermanfaat hendaklah dia diam, dan apabila bermanfaat hendaklah dia pikirkan lagi, adakah kata-kata lain yang lebih bermanfaat atau tidak? Supaya dia tidak menyia-nyiakan waktunya dengan yang tidak bermanfaat.”
Termasuk dalam hal ini adalah menjauhi perbuatan ghibah yang berkaitan erat dengan lisan yang mudah bergerak dan berbicara. Maka hendaknya para muslimah memperhatikan apa-apa yang diucapkan. Jangan sampai terjatuh dalam perbuatan ghibah yang tercela. Bila setiap wanita muslim bisa menjaga lisan dari mengganggu atau menyakiti orang lain, insya Alloh mereka akan menjadi seorang muslimah sejati. sebagaimana diriwayatkan oleh Muslim bahwa Rosululloh Shallallohu ‘alaihi wasallam bersabda, ”Seorang muslim sejati adalah bila kaum muslimin merasa selamat dari gangguan lisan dan tangannya.”
Pun demikian dengan anggota tubuh lainnya, seperti mata. Untuk menjadikan sepasang mata yang indah dan mempesona, maka pandanglah kebaikan-kebaikan dari orang-orang, jangan mencari-cari keburukan mereka. Alloh berfirman mengenai hal ini disurat al-Hujurat ayat 12, artinya “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka. Sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain.”
Dan terpenting lagi, mempergunakan mata untuk hal-hal yang diridhai Alloh dan Rosul-Nya. Hal ini berarti tidak menggunakan mata untuk bermaksiat. Pandangan mata adalah mata air kemuliaan, bukan menjadikannya  duta nafsu syahwat sesaat.
Betapa banyak manusia mulia yang didera nestapa dan kehinaan, hanya karena mereka tidak dapat mengendalikan mata. Yaitu ketika matanya tidak dapat lagi menyebabkan seseorang menjadi bersyukur atas anugerah nikmat, karena dipergunakan secara zhalim. Seseorang muslimah yang menjaga pandangan berarti dia menjaga harga diri dan kemaluannya. Barangsiapa yang mengumbar pandangannya, maka akan terjerumus ke dalam kebinasaan. Inilah mengapa Rosul menegaskan, “Tundukkan pandangan kalian dan jagalah kemaluan kalian.”
Lalu peliharalah telinga dari mendengarkan musik, gosip, kata-kata keji dan sesat, atau menyebutkan kesalahan-kesalahan orang. Telinga diciptakan untuk mendengarkan Kalam Alloh dan instruksi-instruksi Rosululloh. Sepasang telinga yang indah dan baik adalah yang bisa mengambil manfaat ilmu-ilmu keislaman.
Selanjutnya tangan, tangan yang baik adalah tangan yang diulurkan untuk membantu dan menolong sesama muslim, serta bersedekah dan berzakat. Kita diberi dua tangan; satu untuk membantu kita dan satu lagi untuk membantu orang lain. Lalu Islam juga  mengajarkan bahwa tangan ‘di atas’ lebih baik dari tangan ‘di bawah’. Tentang hal ini, suatu ketika, Rosul ditanya oleh para istrinya, “Siapakah di antara kami yang pertama kali akan menemui engkau kelak?” Dengan suara bergetar, Nabi menjawab, “Tangan siapa di antara kalian yang paling panjang, itulah yang lebih dahulu menemuiku.” “Tangan paling panjang” yang dimaksud Rosululloh adalah yang gemar memberi sedekah kepada fakir miskin.
Maka, jaga baik-baik kedua tangan, jangan dipergunakan untuk memukul seorang muslimah lainya, dipakai untuk mengambil barang haram ataupun mencuri, jangan dipergunakan untuk menyakiti makhluk ciptaan Alloh, atau dipergunakan untuk mengkhianati titipan atau amanah. Atau untuk menulis kata-kata yang tidak diperbolehkan.
Kemudian kedua kaki yang ‘indah’ adalah yang dipergunakan untuk mendatangkan keridhaan Alloh. Jagalah kedua kaki untuk tidak berjalan menuju tempat-tempat yang diharamkan atau pergi ke pintu penguasa yang kafir. Karena hal itu adalah kemaksiatan yang besar dan sama saja dengan merendahkan diri muslimah. Lalu jangan sekali-kali mempergunakan kaki untuk menyakiti saudara-saudari muslimah, pergunakanlah untuk berbakti kepada Alloh, misalnya dengan mendatangi masjid, tempat-tempat pengajian, berjalan untuk menuntut ilmu agama serta menyambung tali silaturahim, atau melangkahkannya untuk berjihad di jalan-Nya.
Rosul bersabda, “Barangsiapa yang kedua telapak kakinya berdebu di jalan Alloh, maka haram atas keduanya tersentuh api neraka.” Beliau menerangkan lagi, “Alloh akan menjamin orang yang keluar (berjuang) di jalan-Nya, seraya berfirman: “Sesungguhnya orang yang berangkat keluar untuk berjihad di jalan-Ku, karena keimanan kepada-Ku dan membenarkan (segala ajaran) para Rasul-Ku, maka ketahuilah bahwa Akulah yang akan menjaminnya untuk masuk ke dalam surga.”
Demikian pula dengan segenap anggota tubuh lainnya. Semuanya akan nampak indah serta mempesona apabila dipergunakan dalam rel ketaatan kepada Alloh dan Rosul-Nya. Kecantikan fisik seorang muslimah bahkan sangat dipengaruhi kecantikan batin. Untuk mendapatkan tubuh yang ramping, maka cobalah untuk berbagi makanan dengan orang-orang fakir-miskin.
Kecantikan sejati seorang muslimah tidak terletak pada keelokan dan keindahan fisik atau keindahan  pakaiannya. Kecantikannya sangat dipengaruhi perilaku dan ketaatannya kepada Alloh dan Rosul-Nya. Kecantikan sebenarnya direfleksikan dalam hati dan jiwanya.
Maka jadikan malu karena Alloh sebagai perona pipinya. Zikir yang senantiasa membasahi bibir adalah lipstiknya. Kacamatanya adalah penglihatan yang terhindar dari maksiat. Air wudhu adalah bedaknya untuk cahaya di akhirat. Kaki indahnya selalu menghadiri majelis ilmu. Tangannya selalu berbuat baik kepada sesama. Pendengaran yang ma’ruf adalah anting muslimah. Gelangnya adalah tawadhu. Kalungnya adalah kesucian, dan seluruhnya dibalut oleh hijab sebagai perisai bagi kehormatanya . Wallohu ’alam.
 
1.      Oleh Nugrah Fajri Amelia, Anggota bidang Kajian Islam PK IMM FKIP UHAMKA JAK-TIM 2012-2013.