Jumat

MENENGOK PENDIDIKAN INDONESIA



MENENGOK PENDIDIKAN INDONESIA


Gelombang globalisasi yang semakin kuat dengan arus kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologinya ini, menuntut kemajuan pula dibidang pendidikan untuk membentuk generasi yang menjadi pelopor masa depan. Namun, yang kita rasakan saat ini, khususnya dinegara kita mutu pendidikan masih tertinggal dengan negara lain. Berdasarkan data dalam Education For All (EFA) Global Monitoring Report 2011: The Hidden Crisis, Armed Conflict and Education yang dikeluarkan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) negara Indonesia yang tadinya menempati peringkat 65 merosot menjadi peringkat 69 dari 127 negara di dunia. Meskipun demikian, negara Indonesia masih lebih baik dari Filipina dan Kamboja. Namun, Indonesia berada dibawah negara Malaysia dan Brunai. Nampak jelas, mutu pendidikan Indonesia masih dikatakan rendah baik dari jenjang pendidikan formal maupun nonformal. Hal tersebut menyebabkan munculnya permasalahan sosial seperti tidak tersedianya Sumber Daya yang berkualitas untuk mendukung peningkatan ekonomi, tingginya resiko konflik sosial dimasyarakat yang tidak cerdas dan rendahnya daya saing Indonesia di era globalisasi.
Kita ambil contoh masalah pendidikan saat ini, efektifitas dan efisiensi dari sistem pendidikan Indonesia belum terealisasikan secara maksimal. Memang, di Indonesia biaya untuk sekolah sudah sedikit diatasi dengan free cost sampai jenjang sekolah menengah, namun terdapat beberapa hal penting agar pendidikan di indonesia bisa terimplementasikan secara efektif. Pertama, Pemenuhan infrastruktur dasar , seperti pendidikan, saat ini menjadi salah satu prioritas utama, pembangunan yang dilakukan oleh Pemerintah. Namun ironisnya, saat ini, pembangunan infrastruktur sekolah, di daerah berkatagori sulit dan terpencil , masih terkesan minim, dan kurang di perhatikan. Kedua , rendahnya kualitas , visi dan moralitas guru, inilah hal yang merupakan penyakit utama pendidikan Indonesia. Walaupun pemerintah sudah menjalankan sertifikasi dan tunjangan bagi guru, tingkat keprofesionalitas dan kompetensi guru terhadap peserta didik masih dibilang dibawah standar. Selain itu, moralitas guru pun perlu dipertanyakan. Terdapat beberapa kasus yang dialami oleh guru, mulai dari pencabulan , UN bocor sampai penggelapan dana bantuan operasional.  Untuk meningkatkan kualitas pendidikan selalu tidak sederhana. Selain itu untuk menentukan kualitas guru juga tidak semudah yang dibayangkan. Bekal guru tidak saja berupa pengetahuan dan ketrampilan mengajar, melainkan juga mereka harus siap menerima perubahan jaman, memiliki integritas, tanggung jawab, kecintaan terhadap profesi,  dan masih banyak lagi.

Ketiga, rendahnya relevansi pendidikan terhadap kebutuhan, Menurut data Balitbang Depdiknas 1999, setiap tahunnya sekitar 3 juta anak putus sekolah dan tidak memiliki keterampilan hidup sehingga menimbulkan pengangguran atau masalah ketenagakerjaan tersendiri.  Adanya ketidakserasian antara hasil pendidikan dan kebutuhan dunia kerja ini disebabkan kurikulum yang materinya kurang fungsional terhadap keterampilan yang dibutuhkan ketika peserta didik memasuki dunia kerja.  Keempat, rendahnya pemerataan pendidikan dan biaya pendidikan, Pendidikan di Indonesia memang masih kurang merata. Banyak daerah di Indonesia yang masih belum mendapat pendidikan yang memadai. Selain itu masyarakat Indonesia yang kurang mampu juga belum bisa mendapat pendidikan dengan mudah. Pendidikan hanya dirasakan oleh masyarakat yang mampu dan berada di kota-kota besar. Ketimpangan ekonomi inilah yang menyebabkan perbedaan pendidikan perkotaan dan pedesaan. Ini tentu saja bertentangan dengan yang diamanatkan dalam UUD 1945 yaitu Pemerintah berkewajiban untuk memenuhi hak setiap warga negara dalam memperoleh layanan pendidikan guna meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia.
Sebenarnya masih banyak hal dan problematika yang perlu dievaluasi dari pendidikan Indonesia saat ini, misalnya kurikulum yang tidak konsisten, Ujian Nasional yang amburadul, mahalnya biaya ke jenjang yang lebih tinggi dan lain-lain.  Bahkan pendidikan saat ini dijadikan sebagai komoditas politik terutama pada kampanye. Akankah keadaan ini terus dibiarkan? Menyambut hari pendidikan nasional 2 Mei kemarin, seharusnya pemerintah merencanakan sistem pendidikan yang lebih baik  agar Indonesia bisa berkualitas dan mencetak generasi-generasi pemimpin yang bisa menjawab tantangan global  dari pada hanya mencetak generasi-generasi pekerja. (ian)